Langit Buleleng tampak biasa saja pagi ini, tapi bagi yang berjibaku menghitung cepat hasil Pilkada Serentak 2017 Kabupaten Buleleng pasti melihatnya dengan berbeda, ada yang bersorak sorai gembira merayakan kemenangan, ada yang berdiam menerima kekalahannya menurut hasil hitung cepat yang pastinya masing - masing membuatnya. Saya lebih berdiam diri merayakan kemenangan "pahit" ini, kemenangan yang tidak membuat saya justru bersorak sorai layaknya kemenangan Jokowi pada Pilpres 2014 atau kemenangan Giriasa pada Pilkada Serentak 2015 di Kabupaten Badung.
Pilkada Provinsi Bali 2013
Mengapa saya bahas terlebih dahulu Pilgub 2013? Ada persamaan (setidaknya) bagi saya antara Pilkada Provinsi Bali 2013 dengan Pilkada Serentak 2017 Kabupaten Buleleng. Bagi saya persamaannya kedua momen pilkada itu yakni menang ataupun kalah sekalipun PDI Perjuangan tetap akan "kalah".
Sebelum hari pemilihan Pilkada Provinsi Bali 2013 saya yakin kalau perjuangan PDI Perjuangan dalam memenangkan pasangan Puspayoga dan Sukrawan (PAS) akan bersaing sangat ketat. Hasil hitung cepat 2 jam pertama pada waktu itu menunjukkan hasik kemenangan tipis, disaat yang lainnya merayakan hasil hitung cepat yang memenangkan PAS dengan beberapa Red Label di ruang Tim Cyber, saya justru menghela nafas sambil menatap hasil hitung cepat pada layar monitor.
"PDI Perjuangan telah 'Kalah'", ucap saya dalam hati. Saya punya alasan yang cukup mengapa berkata demikian. PDI Perjuangan yang partai sangat dominan di Bali secara Historis, Ideologis, dan Sosiologis malah justru hanya menang tipis dari Made Mangku Pastika dan Ketut Sudikerta (Pastikerta), hasil kemenangan itupun masih berdasarkan hitung cepat dan analisa prakiraan.
Sampai kemudian data hasil hitung cepat sangat tipis saling mengejar, malah ada yang menyebutkan bahwa Pastikerta dalam beberapa hitung cepat unggul dari PAS, suasana sorak sorai sontak menjadi suasana yang kelabakan mengumpulkan data valid basis C1, dengan berbagai cara setelah pemilihan PDI Perjuangan memastikan kemenangan PAS, dalam pengumuman resminya KPU justru mengumumkan kemenangan Pastikerta hanya dengan selisih 992 Suara atau sekitar 0,04% dari total suara. Sungguh kekalahan yang miris. Malah saya harus ikutan bolak - balik ke Jakarta untuk melakukan gugatan ke MK dan ke DKPP meskipun tidak membuahkan hasil. Pastikerta tetap menang dari PAS, dan dilantik menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur 2013 - 2018.
Baru kali itu setelah pemilihan langsung, PDI Perjuangan begitu terpukul di Bali.
Pilkada Serentak 2017 Kabupaten Buleleng
Setelah Pilkada Provinsi Bali 2013, Dewa Nyoman Sukrawan yang merupakan Calon Wakil Gubernur Bali dari PDI Perjuangan tidak begitu banyak terlihat. Malah dalam Pemilihan Legislatif (Pileg) 2014 saya mendengar dia tidak akan mencalonkan sebagai Calon Legislatif kembali, beberapa orang terdekatnya mengatakan Sukrawan tidak mencalonkan diri karena telah mencalonkan sebagai Calon Wakil Gubernur, supaya tidak terlihat haus kekuasaan. Benar atau tidak tapi itulah yang saya dengar dari pinggiran.
Meskipun kalau kalau boleh jujur jika Sukrawan mencalonkan diri kembali dalam Pileg 2014 sekalipun Sukrawan tidak akan menempuh kesulitan, mengapa demikian? Alasan tersebut dapat dilihat dari jenjang karir Partai yang dimulai dari tingkat Ranting (setingkat Desa) sejak 1992 dan telah menjadi Anggota Dewan Kabupaten Buleleng sejak 1999 sampai 2014 dengan jabatan sebagai Ketua DPRD Kabupaten Buleleng pada masa jabatan 2009 - 2014.
Meskipun kalau kalau boleh jujur jika Sukrawan mencalonkan diri kembali dalam Pileg 2014 sekalipun Sukrawan tidak akan menempuh kesulitan, mengapa demikian? Alasan tersebut dapat dilihat dari jenjang karir Partai yang dimulai dari tingkat Ranting (setingkat Desa) sejak 1992 dan telah menjadi Anggota Dewan Kabupaten Buleleng sejak 1999 sampai 2014 dengan jabatan sebagai Ketua DPRD Kabupaten Buleleng pada masa jabatan 2009 - 2014.
Sukrawan justru mulai terlihat mendekati Pilkada Serentak 2017 Kabupaten Buleleng, pada kemunculannya memang kontroversial, Sukrawan muncul mendeklarasikan diri sebagai calon independen. Pada waktu itu Ahok juga tampak familiar dengan maju sebagai calon independen -- meskipun akhirnya batal. Lalu ada apa dalam tubuh PDI Perjuangan Buleleng? Entahlah, saya sendiri tidak begitu paham apa yang terjadi sampai seorang Sukrawan yang merupakan kader militan PDI Perjuangan memilih jalur independen dalam Pilkada 2017, yang jelas dalam tubuh PDI Perjuangan Buleleng terjadi sesuatu yang tidak harmonis.
Bagi saya majunya seorang Sukrawan sebagai calon independen melawan PDI Perjuangan sendiri merupakan rasa pahit dalam kemenangan PDI Perjuangan dalam Pilkada Serentak 2017 kemarin. Meskipun kekalahan Sukrawan berselisih banyak dengan hasil yang didapat oleh PASS (Putu Agus Suradnyana dan Sutjidra). Karena harus menang melawan dari seorang kader PDI Perjuangan sendiri.
Saya tahu, seorang Sukrawan cukup paham bahwa dirinya tidak bisa mengalahkan PDI Perjuangan dengan calon perseorangan. Sukrawan bisa saja memilih partai lain untuk maju dalam Pilkada 2017 untuk merebut kekuasaan tapi tidak ia jua lakukan, Sukrawan tetap memperjuangkan pencalonan perseorangan dirinya dalam Pilkada 2017, sehingga tetap bisa melawan PDI Perjuangan sebagai calon perseorangan sekaligus menjaga kehormatan PDI Perjuangan dengan tidak membiarkan PDI Perjuangan Buleleng menang atas kotak kosong.
Saya tahu, seorang Sukrawan cukup paham bahwa dirinya tidak bisa mengalahkan PDI Perjuangan dengan calon perseorangan. Sukrawan bisa saja memilih partai lain untuk maju dalam Pilkada 2017 untuk merebut kekuasaan tapi tidak ia jua lakukan, Sukrawan tetap memperjuangkan pencalonan perseorangan dirinya dalam Pilkada 2017, sehingga tetap bisa melawan PDI Perjuangan sebagai calon perseorangan sekaligus menjaga kehormatan PDI Perjuangan dengan tidak membiarkan PDI Perjuangan Buleleng menang atas kotak kosong.
***
Langit Buleleng mulai kembali kelabu hendak hujan kembali. Kembali menikmati sejuknya hujan di Bulan Februari 2017
Ketut Bela Nusantara
Kalianget, 16 Februari 2017
0 komentar:
Posting Komentar