Jumat, 30 Desember 2016

#SaveMenNik, Kecemasan dalam Beragama Hindu


Sebelumnya apakah itu gerakan #SaveMenNik? Menurut beberapa penjelasan yang saya dapat disini

Gerakan Nasional Menyelamatkan Gadis Hindu agar tidak meninggalkan Ajaran Dharma.
Bapak Ibu umat Sedharma Sudah tahukah Anda gerakan #savemennik?
Savemennik adalah sebuah gerakan untuk menyadarkan berbagai elemen masyarakat (Hindu) untuk tetap menjaga serta meningkatkan srada dan bhakti terhadap Hindu.
Mennik di sini diartikan sebutan buat pemudi/ Gadis Hindu yg kelak akan menjadi seorang ibu.
#Savemennik di sini dimaksudkan menjaga atau menyadarkan mennik untuk tetap teguh menjaga srada dan bhaktinya sebagai seorang Hindu.
Jelas saja gerakan ini menjadi viral di  Media Sosial alasan pertama adalah menggunakan foto - foto perempuan berpakaian kebaya yang cantik (pastinya langsung mencuri perhatian para lelaki), alasan kedua adalah motif gerakan dari Save Men Nik ditengah - tengah ribut - ribut soal beragama ditengah riuhnya Pilkada DKI.

Sebagian yang saya baca, sebagian orang menyatakan bersepakat atas gerakan ini dan sebagiannya lagi tidak sepakat, sebagian yang lebih besarnya lagi memilih diam.

Bagaimana dengan Saya?
Pada poin "tetap menjaga serta meningkatkan Sradha dan Bhakti terhadap Hindu" saya masih bisa bersepakat, tapi jika gerakan ini juga sekaligus secara langsung 'melarang' perempuan Hindu untuk kawin keluar pada keyakinannya yang dianut saya tidak sepakat.

Beragama Dengan Merasa Cemas
Jika dilihat sebagian yang menjalankan gerakan ini berasal dari tempat dimana Hindu menjadi minoritas. Sekurang - kurangnya saya paham belakangan ini kehidupan beragama di Indonesia terjangkit kecemasan. Setiap orang menjadi beragama dengan sensitif, penjagaan dilipatgandakan pada tempat - tempat ibadah, bahkan tas kresek yang tertinggal di tempat ibadah harus memerlukan Tim Gegana untuk mengecek. Takut - takut kalau itu barang yang sekirangnya dapat meledak. 

Apakah penyebabnya? Singkatnya saya sebut Negara tidak hadir dengan baik dalam kehidupan beragama di Indonesia. Berbicara Agama, Negara masih setengah malu - malu. Belum lagi gelombang kelompok Puritan (pemurnian) yang masuk ke Indonesia melalui kecanggihan teknologi informasi. Mengobrak abrik sistem beragama di Indonesia yang turun temurun sudah di modifikasi untuk selalu rukun dan toleran. Biasanya kelompok Puritan ini main salah - salahkan.

"Ini tidak cocok", "Ini keliru", "Ini salah" begitu kata kaum Puritanian sambil menunjuk referensinya langsung dari 'sumber'nya.

Save Men Nik dan Gerakan Ekonomi Satyagraha
Kembali pada gerakan Save Men Nik, lalu bagaimana caranya agar gerakan Save Men Nik menemukan caranya yang elegan? Gerakan Save Men Nik sebenarnya mirip dengan gerakan Ekonomi Satyagraha di Bali, keterdesakan pelaku ekonomi masyarakat Hindu di Bali menyebabkan mereka bersatu untuk 'melawan' kelompok ekonomi masyarakat beragama dan bersuku lain di Bali. Tidak masalah sepanjang gerakan Ekonomi tersebut berjalan atas dasar motivasi yang membangun, namun jika sampai berisi menjelek - jelekkan dan membangun opini yang negatif dalam proses bersainnya tentu persaingan teresbut sudah menjadi tidak sehat.

Sama juga halnya dengan gerakan Save Men Nik, dengan menutup kesempatan sepihak dan menkampanyekan pelarangan secara langsung merupakan bukan jalan yang elegan. Meningkatkan Sradha dan Bakti kita sebagai umat Dharma tidak bisa dilakukan dengan 'larangan'. Karena menurut saya Hindu bukanlah agaman yang Matematis, yang dimana sebagai contoh "Makan Sapi" secara langsung diartikan sebagai "Penjahat" agama Hindu. Hindu lebih bersifat Logis Humanis sebagaimana contoh dalam Weda disebutkan "Kamu adalah apa yang kamu makan" (bagian ini tolong dikoreksi jika terjadi kekeliruan), kurang lebih pemahamannya "Makan Sapi", maka kamu akan "menjadi Sapi". Setiap individu diberikan pilihannya sendiri untuk menentukan sikap apakah akan "Makan Sapi" atau "tidak Makan Sapi" dan Individu itu harus menalar logika dan nuraninya sendiri.

Begitupun tentang suatu pandangan apakah Perempuan Hindu tersebut diperkenankan kawin keluar dan berpindah keyakinan. Saya lebih memilih untuk memperdalam pemahaman Hindu yang logis dan humanis daripada melarang - melarang dengan reaksioner. Karena sepanjang saya tahu, cara orang Hindu dalam berkeyakinan salah satunya adalah dengan percaya akan Karmaphala, dimana hal ini berarti setiap akibat baik dan buruk merupakan buah dari apa yang kita perbuat. Maka dari itu agar umat Hindu semakin menjaga Sradha dan Bhaktinya kepada Agama Hindu harus sedini mungkin melakukan hal - hal baik yang tidak mengundang kegaduhan, karena itulah sebenarnya nyala api dari Agama Hindu.

Kalianget,
30 Desember 2016

0 komentar:

Posting Komentar