Sabtu, 17 Desember 2016

Ayo Berdebat, jangan mangkir!



Apapun alasannya mangkir dari Debat Publik dalam Pilkada bukan hal yang harusnya direspon positif.

Teringat Pilgub 2013 ketika pasangan Puspayoga - Sukrawan (PAS) yang diusung PDI Perjuangan juga mangkir dalam debat yang diadakan oleh salah satu stasiun televisi swasta nasional. Alasan yang dipakai untuk mangkir pada waktu itu sama ideologisnya dengan alasan AHY - Silvy mangkir dalam debat, yakni : debat bukan budaya bangsa.

Saya sendiri meskipun sebagai bagian dari Tim Cyber pasangan PAS ikut kebingungan dalam melakukan strategi Pertahanan isu di media sosial. Bahkan aroma kekalahan sudah mulai tercium pada waktu itu.

Debat Publik adalah konsekuensi logis masyarakat di negara yang menganut demokrasi. Karena mimpi dari demokrasi adalah keterlibatan semua pihak dalam proses kepemimpinan yang akan menjalankan pemerintahan kelak. Dengan kata lain, Debat adalah salah satu jalur efektif dalam menjabarkan cita - cita calon pemimpin tersebut ke dalam metode yang lebih teknis dan dapat diterima akal sehat. Debat Publik pula dapat dijadikan lembaga pendidikan politik bagi masyarakat luas, inilah mimpi - mimpi masyarakat demokratis yang dapat terwujud dari debat publik.

Namun bagaimana jika terjadi pengkondisian lawan politik dalam acara debat tersebut? Saya penganut gagasan bahwa tidak ada kuda - kuda yang tidak bisa dipatahkan. Jika lurus dan laras dalam berniat menjadi pemimpin yang baik, tidak ada yang patut dikhawatirkan dalam debat yang bahkan dibuat ileh pihak lawan sekalipun, justru itu ialah keuntungan bagi kandidat yang berdebat di kandang lawan. Seperti sepak bola yang bertanding di stadion lawan. Hasil imbang saja sudah 'dianggap menang' dari lawan tanding, apalagi hasilnya menang betulan. Bahkan sekalipun kalah, pemain tersebut dapat mencuri simpatk dengan bersikap sportif. Nah, lalu apa ruginya ikut berdebat?

Sekali lagi mangkir dari debat dapat merusak tatanan pembelajaran demokrasi yang sudah susah payah dibangun perlahan di bangsa ini. Debat harusnya dipandang sebagai ajang olah raga. Seperti bermain bulu tangkis siapapun yang menang dan kalah sama - sama dapat olah raga, sama - sama dapat belajar dari lawan dan sama - sama dapat mengevaluasi diri. Karena manusia adalah mahluk yang harusnya belajar dan evaluasi diri.

Seririt,
17 Desember 2016

0 komentar:

Posting Komentar