Sabtu, 31 Desember 2016

2017 : Tahun Vivere Pericoloso Indonesia


Apakah itu Tahun Vivere Pericoloso? Tahun Vivere Pericoloso atau yang sering disebut dengan TAVIP adalah judul Pidato Kenegaraan oleh Sukarno pada tahun 1964. Secara harafiah Vivere Pericoloso berasal dari bahasa Italia yang berarti "Vivere" adalah "Hidup" dan "Pericoloso" adalah "Berbahaya" jadi maksudnya adalah "Hidup Menyerempet Bahaya". Jika dilihat dari waktu Pidato tersebut kurang lebih satu tahun sebelum Gestok (Gerakan Satu Oktober) yang kemudian menjadi momen melengserkan Sukarno bersama gagasannya. Hal itu dapat diartikan bahwa pada tahun 1964 pun Sukarno telah melihat terjadi perpecahan kekuatan nasional yakni antara kekuatan Angkatan Darat dan kekuatan Partai Komunis Indonesia (PKI). Kecemasan Sukarno akan Indonesia "Menyerempet Bahaya" yang tampak dari Pidato kenegaraannya tersebut beralasan, sebagai Bangsa yang baru 19 tahun merdeka pada waktu itu memang masa - masa yang tidak mudah, perbedaan suku, agama, ideologi yang terdapat di dalam Indonesia adalah kekuatan sekaligus kelemahan yang paling rapuh. Kunci menurut Sukarno dalam menjadikan perbedaan sebagai kekuatan tersebut adalah Pancasila. Hal itu jua yang sangat diwanti - wanti oleh Sukarno.

Indonesia Menutup Tahun 2016

Indonesia menutup tahun 2016 dengan hingar bingar persiapan Pilkada DKI Jakarta Serentak 15 Februari 2017 mendatang, mengapa saya sebut demikian? Suka atau tidak kita disuguhkan baik melalui berbagai media informasi tentang betapa riuhnya Pilkada DKI yang dibalut dengan ribut - ribut agama. Saya sendiri tidak akan berkomentar pada tulisan ini apakah kasus dugaan penistaan Agama yang dilakukan oleh Calon Gubernur DKI Jakarta Petahana Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok benar atau tidak, tapi saya lebih mengomentari ranah Agama yang sudah bercampur dengan ranah politik, kedua hal yang saya rasa tidak bisa dicampur satu sama lain di Indonesia.

Karena setelah campur aduknya politik dan agama kemudian akan dijadikan gerbang untuk melakukan gerakan - gerakan intoleran, yang akhirnya memicu lainnya, bisa kita saksikan setelah itu muncul aksi fitnah oleh oknum yang mengatakan Equil itu adalah minuman alkohol, boikot produk Sari Roti yang disebabkan hanya karena mereka menkonfirmasi posisi perusahaan tidak ikut - ikut dalam aktivitas politik manapun, kemudian aksi swepping pemakaian kaos Santa Klaus yang menurut sebagian kelompok merupakan simbol Agama meskipun sudah dijelaskan berkali kali bahwa Sinter Klas bukan simbol Agama, pelarangan mengucapkan selamat Hari Raya Natal bagi sebagian kelompok, berita tentang Tenaga Kerja Asing (TKA) dari Tiongkok yang menurut sebagian kelompok mencapai 10 Juta orang (meskipun sudah diklarifikasi langsung oleh Presiden Jokowi bahwa itu tidak benar), penurunan patung Budha di Tanjung Balai, Asahan, untuk di Bali sendiri terjadi aksi #SaveMenNik (bagian ini saya sudah bahas pada artikel ini) dan kegaduhan diakibatkan gambar pulau bali dipadupadankan dengan simbol Agama tertentu serta aksi - aksi lainnya yang secara umum merupakan aksi yang menimbulkan pecahnya masyarakat Indonesia secara horisontal.

Begitulah Indonesia menutup tahunnya di 2016.

Indonesia Pada Tahun 2017

Dapat dipastikan Indonesia pada tahun 2017 juga akan mengalami masa - masa yang "menyerempet bahaya", Indonesia tidak akan jauh - jauh dari penyebaran berita - berita yang memungkinkan pecah belahnya masyarakat terutama di Media Sosial, disadari atau tidak pada dunia nyata memiliki dampak laten yang harus tetap diwaspadai. Hal ini disebabkan pengguna media sosial sebagian besar adalah kelompok muda yang sedang mecari jati diri, kadang seringkali dimanfaatkan kenaifan jiwa mudanya oleh kelompok yang tidak bertanggung jawab.

Namun dibalik kecemasan itu masih setidaknya tersisa tersisa harapan. Kelompok "paham" yang selama ini diam perlahan - lahan mulai bicara, mereka yang terbiasa menyebarkan berita tanpa selektif perlahan - lahan mulai jelas membedakan mana berita benar dan mana berita bohog. Dengan arti lain, dibalik banyaknya pihak yang akan merusak tatanan kerukunan di Indonesia sebanyak itupula pihak - pihak yang akan bertaruh untuk menjaga kerukunan itu sendiri.

Meski demikian, pada tahun 2017 bukan saatnya kita berdiam diri dan membiarkan sekelompok orang hendak meporakporandakan Indonesia dengan penyebaran berita bohong yang penuh kebencian. Kita harus mulai membagikan berita yang benar, dari sumber yang terpercaya sekaligus kita jangan menipu diri. Apabila memang ada kekeliruan dalam menjalankan roda pemerintahan, Pemerintah juga harus "ditempeleng" dengan konstruktif, sekalgus dengan itu wacana Kebangsaan Indonesia harus senantiasa disiarkan dalam berbagai cara dan berbagai situasi. Menyebarkan wacana Kebangsaan Indonesia pun harus dengan cermat, tidak bisa melulu dengan jingkrak - jingkrak dijalanan. Namun melalui upaya yang diterima nalar dan nurani masyarakat Indonesia, dan hal ini harus melibatkan semua Suku, semua Agama, dan semua Golongan. Pelibatan ini kemudian akan memberi satu sudut pandangan akan Indonesia yang bagaimana seharusnya menjadi. Misalnya saya sebagai Hindu ya memberi pandangan Hindu sebagai Indonesia yang dapat diterima semua Agama di Indonesia, saya sebagai Suku Bangsa Bali memberikan pandangan sebagai Bangsa Indonesia yang ikut dalam menjaga Persatuan Nasional antar suku Bangsa di Indonesia.

Bagi yang pertama - tama berupaya seperti ini pastinya tidak mudah, karena kegamanangan posisi negara dalam beberapa puluh tahun terakhir membuat kita kebingungan menempatkan Indonesia dimana dalam identitas kita sebagai bagian Suku Bangsa dan Agama. Tapi dengan sedikit tekad, pasti akan dapat dilaksanakan dengan selaras, karena sebagai orang Indonesia Bhinneka Tunggal Ika itu sudah mendarah daging. Tinggal digali, ditajamkan kembali saja.

Saya tidak menyebutkan akan ada hal positif di Indonesia pada tahun 2017 bukan berarti saya tidak ingin hal yang positif terjadi, tetapi 2017 kita harus pandang sebagai tahun yang penting bagi Indonesia karena konstelasi nasional pasti akan memanas kembali mendekati Pilpres 2019. Jadi mari kita jalani 2017 untuk menjadikan Indonesia lebih baik di tahun - tahun yang akan datang.

Kalianget,
31 Desember 2016

0 komentar:

Posting Komentar