Sabtu, 03 Maret 2012

Perempuan, Bersepakatlah Jika Disebut Kasur atau Dapur!


Jika ada kata - kata yang menyatakan kalau perempuan itu fungsinya adalah di Kasur dan Dapur, aku sangat sepakat! Sungguh sangat sepakat! Lalu bagaimana apabila ada yang menyangkalnya? Harus kujelaskan, disini kalau pemahamanku terhadap 'Kasur' ataupun 'Dapur' tidak sesederhana pikiran moderen yang efektif - efisien (itupun bukan pernyataan kalau aku anti akan moderenitas).

Kasur, bagiku perempuan sama ajaibnya dengan kawah candradimuka dalam kisah pewayangan. Aku mengawali kekagumanku ketika liang peranakan perempuan itu tak hanya terlahir manusia - manusia yang sama sekali baru. Namun liang peranakan yang sama itu juga kelak akan melahirkan para pemimpin untuk manusia dalam mengelola keteraturannya sendiri. Bukankah proses itu terjadi diatas kasur!

Tidak berbeda dengan dapur, marilah kita lepaskan bayang - bayang tradisi kuno jika 'pekerjaan dapur' hanya berupa memasak untuk keluarga dan setelah masak, memberikan makan sang lelaki mendahului dan mereka sendiri? Menunggu sisa dan makan layaknya babu senilai daging di Pasar. Sembunyi - sembunyi dalam dapur! Jika pemahaman 'Dapur' semacam itu yang ada di bayangan semua kepala, akupun akan berteriak tidak sepakat. Menolak dengan tegas! Namun aku punya pemikiran sedikit berbeda. Pernahkah membayangkan rumah yang dapurnya tidak pernah mengepul? Tidak ada sekumpulan makanan di meja? Tidak ada suara piring keramik yang beradu dengan sendok aluminium? Tidak ada tawa diruang makan? Tidak ada nyawa dalam keluarga! Bukankah sama saja itu membangun rumah tanpa furnitur? Rumah hanya menjadi bangunan yang dingin dan kaku! Sungguh berbahayanya jika perempuan tidak berada dalam fungsi semacam itu!

Aku sendiri termasuk lelaki yang bersepakat dengan emansipasi yang mengikis habis pemujaan tradisional yang berujung pada penololan perempuan itu. Namun kesepakatanku hanya sampai jika perempuan itu malah melupakan fungsi dasarnya pada kedua hal itu : Dapur dan Kasur. Sekali lagi aku dapat berkata demikian karena aku termasuk laki - laki yang bersepakat bahwa keberadaban sebuah peradaban ditentukan oleh para perempuan dan para ibu yang melahirkan anak - anaknya diatas kasur dan mendidik anak - anaknya dari dapur yang mengepul tadi!

Related Posts: