Siang itu sepulang kuliah, tak sengaja saya terhenti di sebuah jalan menuju perpustakaan kampus. Niatnya minum obat karena beberapa hari ini kondisi badan saya memang sedang tidak enak. Disaat yang bersamaan, sebuah sudut ruangan Prasarana Kampus terdengar perbincangan urban.
“Prabowo saya tidak yakin memimpin dia belum pernah berada dalam sistem pemerintahan sebelumnya!”, tegas seorang pria. Beberapa temannya termangut-mangut menatap dan ikut ambil bagian dalam diskusi.
Well,itu hanya salah satu dari sejuta percakapan rakyat yang yang menginginkan perubahan. Mulai dari kalangan “kaki” hingga “kepala” menjadikan Pilpres 2009 menjadi topic yang panas! Sungguh sangat seksi! Saya sendiri bergidik membayangkan Pilpres tahun ini.
Bukan tanpa alasan, bergidik saya selalu didasari. Secara pribadi saya memang menilai tidak ada yang PANTAS menjadi “nahkoda” kapal bangsa ini sepanjang 2009-2014. Masing-masing calon tidak punya karakter yang Pancasilais! Serta Nasionalis, yang memegang teguh kesatuan bangsa. Kalaupun “terdengar” ada, itu tak lebih dari sekedar jargon politik yang rakyat sudah jemu menelannya.
Ini beberapa penilaian pribadi saya terhadap calon Presiden kita yang terhormat :
Calon 1 :
Calon ini pernah memerintah Bangsa Indonesia sebelumnya, bisa dibilang pasangan ini memiliki visi dan misi politik yang sangat bagus. Mengusung ekonomi kerakyatan dan berpihak pada rakyat kecil dan petani membuat saya cukup simpatik. Namun ada satu celah yang saya ragukan, karakteristik Capres begitu mengecewakan. Rata-rata apa yang dikatakan lebih terdengar ceplas-ceplos dan tidak realistis. Meski gerbongnya saya tahu bernafaskan nasionalis? Tapi tetap saja intelektualitas pemimpin harus dominan, bukan saatnya sekarang pemimpin itu dadakan. Untuk Cawapres sendiri, iklan partai beliau begitu “menggelitik” sentiment aktivis saya. Seorang aktivis harus selalu membela rakyat dan itu adalah harga mati! Akan tetapi sejarah kelam dan peta politiknya begitu kacau. Setelah menghilang ke yordania karena kasus HAM, beliau datang kembali langsung ingin memimpin negeri. PERTANYAAN besar ada pada saya untuk Cawapres ini.
Calon 2 :
Merupakan calon yang Incumbent, di jagokan menang didasarkan Pileg lalu membuat Capres nomer 2 menjadi terlihat arogan. Selama pemerintahannya memang terdengar sangat bagus dengan iklan yang menunjukkan statistic perkembangan bangsa ke arah positif. Namun, pola pemerintahan Capres dengan jargon “Lanjutlan!” ini lebih pro dengan kaum liberalis. Kaum yang senyatanya merupakan oposisi dari paham kita, demokrasi Pancasila. beberapa kasus kedaulatan bangsa terekam buruk dalam pemerintahan beliau. Bangsa kita kehilangan banyak pulau, dan kepala kita selalu tertunduk oleh bangsa asing. Beliau terlalu berhati-hati. Satu hal yang saya paling takutkan, kader dibawahnya akan merongrong beliau selama pemerintahannya dikemudian hari (kalau terpilih kembali). Cawapres nomer urut ini juga fenomenal. Setelah kemunculannya tanpa gerbong apapun dan isu ia menganut paham Neolib termasuk hingga isu berbau SARA menyerang keluarganya. Untuk Cawapres ini, saya belum bisa berkomentar banyak.
Calon 3 :
Sebelumnya Capres nomer 3 ini memang belum pernah memimpin bangsa sebagai presiden. Tapi, rekam jejaknya selama kemahasiswaan begitu menakutkan. Beberapa kali pasangan ini menebar isu SARA yang sangat tidak elegan. Hal tersebut sugguh meresahkan sentiment nasionalis saya. Cawapresnya merupakan pelaku yang mirip dengan Cawapres nomer urut 1. Cawapres ini juga beberapa kali sempat terjebak dalam kasus HAM dari perjalanan sejarah bangsa ini. Pasangan ini sangat condong ke “kanan”. Bukan “tengah” apa yang kita inginkan bersama.
Namun apapun itu, semua penilaian diatas hanyalah penilaian yang sangat subjektif. Saya sendiri sangat bingung. Takut salah mengambil keputusan dalam mengarahkan bangsa ini melalui Pilpres. Jangan kan untuk memilih “siapa”. Untuk “memilih” atau “golput” pun saya masih bingung. Liat saja nanti apa yang terjadi. MERDEKA!!
(Perpustakaan-PNB)
Senin, 06 Juli 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar