"Aku tidak pernah tahu arti cinta sesungguhnya.
Karena yang kutahu bahwa cinta adalah detik ini.
Sedetik yang melintas diantar impresi keindahan dan mimpiku.
Ia jauh lebih indah bila dibanding dengan senyum, tangis maupun tawaku.
Sehari bisa kuhabiskan untuk menggambarkan betapa diriku terpesona dalam detik itu.
Detik dimana bidadari menari di atas pentas waktu.
Detik dimana seorang gembala wanita tersenyum
melihat domba-dombanya melahap rumput musim semi.
Sebuah detik dimana itu (yaitu detik) menjadi sayapku
dan terbang di ruang waktu dalam sedetik itu pula.
Kalau (aku) bisa takkan kubiarkan detik itu melepaskan pelukanku.
Tetap menempel dan terbang bersamaku, karena (kembali) jika aku bisa.
Akan kuabadikan detik itu menjadi sebuah lukisan keabadian.
Namun sialnya adalah detik itu adalah detik yang harus terganti.
Terganti karena kehidupan menghendakiku untuk tidak selalu tersenyum
dan menjadi kabut bersama detik lainnya.
Kabut yang menyelubungi segala sesuatu namun tidak pernah menyatu dengan mereka
karena kabut itu adalah bagian diriku yang menyendiri.
Kendati demikian, bagiku cinta tetap saja detik ini.
Detik dimana aku masih hidup dan dibingungkan oleh alur waktu
hingga detik terakhir mencabut nyawaku
dan memberitahu sebuah rahasia kehidupan (yaitu kematianku)
yang tak pernah kudapatkan dalam detik dimana aku hidup sebelumnya......"
At least, diatas adalah puisi saya ketika sedang asiknya berkubang dalam lumpur cinta. Hikz.. Leher saya sakit, sepertinya salah tidur...
(perpustakaan-pnb)
Rabu, 01 Juli 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar