Sebenarnya ketakutan ini dipicu oleh seorang aktivis mahasiswa dalam periode reformasi. Soe Hok Gie, aktivis berdarah tiong hoa memang takut untuk menjadi tua dan begitu sangat menghormati setiap orang yang mati muda. Bukan karena tua dan dewasa kulit dan tubuh akan menjadi rusak. Lebih dari itu, sesuatu yang sangat berharga dimiliki seorang aktivis akan hilang. Idealisme.
Ya, memang seiring bertambahnya usia. Manusia pada akhirnya akan kembali begitu mementingkan diri sendiri. Apalagi setelah berkeluarga dan mempunyai anak. Pragmatisme dan tindakan apatis memang kerap kali muncul. Tidak salah memang memang. Tapi dilihat dari kacamata idealisme seorang mahasiswa sekarang melihat hal tersebut tak lebih dari tindakan pengecut dan meludah kearah muka sendiri. Sekali lagi, saya takut untuk menjadi seperti itu. Menjadi tua dan dewasa.
Alasan saya takut menjadi tua dan dewasa
11.36 / by lukisankeabadian / with No comments /
Related Posts:
Perempuan, Bersepakatlah Jika Disebut Kasur atau Dapur! Jika ada kata - kata yang menyatakan kalau perempuan itu fungsinya adalah di Kasur dan Dapur, aku sangat sepakat! Sungguh sangat sepakat! Lalu bag… Read More
Apa itu Blog dan Belalang yang Tewas Apa itu Blog? Pertanyaan ini saya temukan di awal-awal film raditya dika, blogger terbodoh yang pernah terpublikasikan oleh media. Blog itu sem… Read More
Mau Jadi Apa? MAU JADI APA? Pertanyaan ini seringkali menjadi bahan perenungan saya. Entah dijalan, entah di tempat tidur ataupun di kampus. Terlebih lagi us… Read More
Latar Belakang Sebuah Proposal dengan Kepemudaan “Kita mengenal Hasan Al-Banna, Karl Marx, Taqiyuddin Annabani, Frederich Engels, Adam Smith, Niccolo Macchiavelli, Adolf Hitler, dan Soekarno. Ap… Read More
"100 Hari" Itu.. 28 Januari 2010, ini adalah cerita lama yang baru ada niat untuk menulisnya sekarang. Tanggal tersebut tepat 100 kerja Kabinet Indonesia Bersatu Ji… Read More