Kamis, 11 Juni 2009

Cinta, Keseimbangan antara Perasaan dan Logika

Apa sebelumnya saya pernah posting dengan tema ini? Whatever lah.. Beberapa lalu seorang kawan saya curhat di dalam facebook begini isinya :

"akhirnya aku mengetahui setelah sekian lama kita udahan 6 bulan lalu,klo dia dah banyak nipu gw,,ehhhmmmm tuhan barti sayang gw gak ngijinin gw lama2 sama lo,,,,ternyata banyak kk,an sayangna diaa,paraahnya gw mendengar salah satu pengakuan kk,an dari tmn gw sendiri sekarang2 iniiii......"

Well, memang hal ini sering terjadi dalam kehidupan ber-remaja. Setiap kawan yang menceritakan hal yang substansinya kurang lebih sama, saya selalu memberi sebuah pencerahan (kalau memang ini istilah kerennya, hehe).

Cinta itu memang rumit, kita gak pernah tahu apa yang bakal terjadi nanti. Ada sekat tipis antara asli dan palsu, kejujuran dan kebohongan tapi memang disitu nikmatnya bercinta. Intinya? Dalam perahu cinta agar tidak karam tenggelam, kedua penyeimbang perahu harus sama berat. Sama berat dalam situasi dan kondisinya. Penyeimbang itu adalah PERASAAN dan LOGIKA. Bingung? Puyeng? Mari kita bahas lebih detail

PERASAAN :
Perasaan adalah fase tanpa batas. Satu meter langkah kita bisa saja berarti keliling dunia sebanyak tujuh kali. Singkatnya pada fase ini lebih mudah ditemukan pada orang yang sedang jatuh cinta, merasakan bahagia atas cinta itu. Jika orang lain mendengar, fase ini akan sedikit lebay.

LOGIKA :
Nah, fase ini seringkali disebut sebagai fase anti-emosi. Menggunakan akal sehat dan logika adalah bagian terbesar dari proses ini. Sangat kontradiktif terhadap prilaku PERASAAN yang cenderung emosional. Contoh pada fase ini adalah pada end-point sebuah hubungan, biasanya end-point berupa perpisahan. Ketika "logika" seakan mengatakan untuk berpisah dan tak mungkin bersatu (karena berbagai alasan). Pola pikir ini penting untuk dicoba.

Kedua hal diatas tadi pada dasarnya bertolak belakang, tetapi saling memerlukan seperti dualisme kehidupan: baik-buruk, kiri-kanan, atas-bawah dan lain-lainnya. Satu hal yang harus digaris bawahi, bahwa sekat keduanya sangat tipis. Meski ada sekat itu seperti membran tipis yang tak semua orang bisa melihat. Sialnya adalah seringkali LOGIKA dan PERASAAN bertukar tempat.

Oh, well. Disitu nikmatnya bercinta.

(kampus PNB)

0 komentar:

Posting Komentar