Selasa, 07 April 2009

Poin Penting 9 April

Saya lebih menyukai offline-blogging. Ketika saya memiliki ide, tidak perlu susah-susah mencari wifi zone untuk login ke dalam blog.

Entah mengapa tahun 2009 saya rasa merupakan tahun yang begitu berarti buat bangsa saya. Apa karena terdapat pemilu 2009? Entahlah. Secara kasat mata, saya merasakan ada semacam gerakan bawah tanah yang sedang bergeliat dalam “pesta” demokrasi ini. Gerakan yang lebih berbahaya dari korupsi. Lebih berbahaya dari sekedar memakan uang rakyat. Yaitu gerakan membelokkan arah ideologi bangsa. Ini bukan sekedar permasalah yang sederhana, ideologi sebagai salah satu pondasi berbangsa yang sangat fundamental terancam dibelookan dengan cara begitu halus dan tidak terlihat. Terancam berganti pada Negara pluralis seperti kita.

Berbagai tayangan media, kelembagaan baik swasta maupun negeri seolah secara eksplisit menyiarkan bahwa bangsa ini tidak membutuhkan Pancasila lagi sebagai falsafah hidup, tetapi lebih membutuhkan pola kehidupan yang lebih ke-“kanan”, agamis dan yang lebih ekstrim saya katakan lebih bersyariat Islam. Saya mencoba tidak menulis dengan perasaan yang subyektif karena saya adalah non-muslim. Akan tetapi, isu inilah yang begitu keras berdengung dikalangan kawan-kawan pergerakan. Terutama para kaum nasionalis seperti saya.

Dan titik tembak pengalihan ideologi ini, kongkritnya dimulai pada 9 april 2009. Saat pemilihan umum legislatif. Kenapa? Karena disinilah instrument pengubah itu mulai ditanamkan. Selain pemanfaatan sistem multipartai dijadikan alat pengaburan ideologi dasar sebuah partai yang seolah-olah menjadi “sok nasionalis”, jadwal hajatan demokrasi rakyat ini pun sebenarnya terkesan sebuah konspirasi semata. Seperti yang kita ketahui, 9 april masyarakat non-muslim yang cukup “berbahaya” seperti Hindu sedang hiruk pikuknya melaksanakan upacara keagamaan Panca Wali Krama, upacara yang diadakan setiap sepuluh tahun sekali dan itu belum termasuk beberapa acara tambahan yang semakin menambah kesibukan masyarkat hindu, khususnya di bali. Kristen, merayakan hari kematian nabi mereka. Dan budha? Golongan ini emang cenderung tidak terlalu vokal, mereka tidak akan kesulitan terhadap golongan ini.

Itu semua akan mengalihkan perhatian masyarakat non-muslim dalam persaingan kursi legislatif. Terlebih-lebih apatisme rakyat akan menambah goyah terhadap kesadaran kita dalam menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia. Karena atas dasar penjadwalan yang tepat, pihak yang benar-benar berkomitmen untuk menjadi pemilih hanyalah pihak “kanan” dan sisanya lebih memilih golput dan tenggelam bersama kegiatan internal semata.

Semoga Indonesia tetap bersatu, Bhineka Tunggal Ika.


(mcD, bukit jimbaran-Bali)

0 komentar:

Posting Komentar