Rabu, 01 April 2009

Antara Spesialis dan Generalis?

Saya memulai perdebatan alot dengan dua orang kawan di sebuah warung nasi pukul satu pagi. Berhubung takut lupa akan perdebatan tersbut, sebelum erlelap di dalam kos saya memilih mengetikkannya ke dalam tulisan ini.

Perdebatan tersebut dimulai dengan diskusi ringan terhadap sebuah proses keagamaan di bali, setelah lama mengkerucut, saya mulai tertarik dengan topik yang sebenarnya seringkali kita perdebatkan. Ini salah satu contoh substansi perdebatan tersebut : “Mengapa seolah-olah pemerintah selalu salah? Dan Rakyat selalu benar sehingga kita selalu membela rakyat?” seorang kawan selalu menanyakan hal ini. Jawaban yang saya dapat berikan adalah, “karena itulah peran kita sebagai mahasiswa, oposisi dari pemerintah. Pencari-cari kesalahan pemerintah kemudian menyalahkannya”. Saya akui, timbul ketidakpuasan akan jawaban saya dalam dirinya. Jalan tengahnya, kita membuat satu kesimpulan besar. Bahwa kita harus berdiri di segala prespektif. Setelah kesimpulan ini, justru saya yang menjadi kurang puas.

Dalam perjalanan menuju kos saya kembali berpendapat (meski telah ditarik kesimpulan). “Kita dalam sebuah sistem (pemerintahan) tidak bisa menjadi dua sisi yang bersifat abu-abu. Kita harus memilih Kiri atau kanan, atas atau bawah dan seterusya. Intinya, kita harus jelas berada diposisi mana, seperti ajaran Rwi Bhineda (dualitas) dalam agama Hindu”. Kawan saya terdiam, saya yakin dirinya juga tidak puas setelah itu

Ah, saya pikir perdebatan ini tidak akan ada habisnya. Karena akan menimbulkan kebingungan yang sangat dalam diri. Tapi saya kembali berpikir, seperti ajaran dualisme yang sebelumnya. Bahwa harus ada yang pro dan harus ada yang kontra. Dalam perdebatan ini. Saya dan kawan saya berada diposisi yang berseberangan. Menarik.

0 komentar:

Posting Komentar