Selasa, 31 Maret 2009

Selamat Nyepi dan Pemilu Legislatif

Nyepi tahun saka 1931 membawa begitu banyak pemikiran bagi saya. Terlalu banyak hingga tidak tahu bagian mana yang harus saya tulis. Terenyuh ketika saya mengarahkan pandangan saya pada sebuah bendera partai yang tertancap dekat dari rumah. Warnanya kusam, robek dan tidak terurus. Kalau saja pernah menonton film kolosal china. Mungkin seperti itu penggambarannya.

Berkaitan dengan sebuah buku revolusi yang saya baca beberapa jam sebelumnya, demokrasi di bangsa ini (Indonesia) tak ubahnya ibarat mahabarata. Perang sesama keluarga memperebutkan kekuasaan semata. Tanpa bisa mendapatkan win-win solution, kemenangan untuk kita semua. Betapa tidak, asumsikan saja dari seratus calon legislatif, hanya ada sekitar delapan yang akan lolos. Sisanya? Mungkin menjadi gila atau ber-oposisi. Menjadi oposisi tapi hanya untuk menjatuhkan, bukan untuk membangun.

Demokrasi pada dasarnya hanya memiliki dua output. Bila diaktualisasikan pada kehidupan berbangsa, demokrasi akan menghasilkan character of nation “demokrasi seutuhnya” pada bangsa Indonesia atau situasi stagnan chaostik, itu adalah istilah yang saya berikan. Kemudian pada bangsa ini? Saya harap bukan output terakhir yang terjadi
Kembali soal bendera partai yang rusak itu, saya tertawa dalam hati. Berimajinasi pemilu seolah sebuah perang saudara yang besar di sebuah kerajaan. Ketika salah satu dari mereka yang menang. Semua bahkan tidak sadar, sudah kemana bangsa ini melangkah.

0 komentar:

Posting Komentar