Jumat, 10 April 2015

Mengapa Harus Mega?

Mengapa Harus Mega?

Sebagian publik yang berada dalam hiruk pikuk politik nasional barangkali akan sesekali bertanya ketika berpikir perihal ketua umum. Mengapa harus Mega?

Sebagian orang akan berpikir jika Megawati tetap harus menjadi Ketua Umum partai Demokrasi Indonesia Perjuangan semata - mata karena Megawati merupakan garis darah langsung dari Bung Karno, sosok yang dipuja - puja dalam partai tersebut. Namun benarkah sesederhana itu?

Soal sudut pandang tentang hal ini saya sedikit mengambil sudut pandang yang sedikit berbeda. Jika kita semua mengingat - ingat masa orde baru baik yang pernah merasakannya langsung ataupun pernah dituturkan oleh orang lain kita akan kita akan dibawa pada pemahaman betapa kekuatan militer angkatan darat sangat besar mempengaruhi kehidupan masyarakat Indonesia baik dalam segi politik, ekonomi dan budaya.

Dalam bidang politik kisah yang terkenal pada waktu itu adalah kisah tentang Golkarisasi, istilah sederhananya adalah ada upaya membesarkan Golkar sebagai kendaraan pemerintah dengan cara - cara yang seringkali melibatkan kekuatan militer. 

Otomatis Partai Demokrasi Indonesia (PDI) yang merupakan partai hasil fusi yang salah satu unsurnya adalah PNI merasa tertekan terkesan dipreteli pemerintah era Soeharto. Praktis PDI menjadi musuh alami pemerintah Orde Baru selama 32 Tahun pemerintahan Soeharto.

PDI harus mampu bertahan hidup ditengah ketidakpastian akan masa depannya itu, kadang ia harus berada di balik kekuasaan lokal tradisional untuk menjaga dirinya sebagai satu organisasi. Meskipun secara kalkulatif, kadang harus menyimpan beberapa buah pemikiran Bung Karno rapat - rapat dibalik kekuasaan lokal. Sekedar informasi, buah pemikiran Bung Karno adalah target yang terus diburu pada waktu itu.

Rezim Orde baru runtuh. PDI akhirnya bisa menghirup udara demokrasi dengan bebas dengan me-metamorfosis partai menjadi PDI Perjuangan dengan logo partai secara umum bulat, ekspresi perjuangan dengan tekad yang bulat.

Namun terlalu lama mengubur gagasan - gagasan murni Bung Karno pada masa Orde Baru membuat PDI Perjuangan sendiri kesulitan dalam menggali kembali gagasan murni tersebut.

Memang tidak ada perjuangan yang berbuah dalam satu malam. Perjuangan berikutnya dari PDI Perjuangan adalah menggali kembali pemikiran Bung Karno terhadap Ke Indonesiaan yang nyaris menjadi artefak.

Penggalian kembali pemikiran Bung Karno ini semakin dipersulit dengan kekuasaan lokal yang tidak mudah melepas PDI Perjuangan begitu saja menjadi partai pemikir dan pejuang untuk kesejahteraan rakyat.

Barangkali kekuasaan lokal yang saya dimaksud tidak bermaksud buruk, hanya saja memang nilai ikhlas melepaskan PDI Perjuangan yang selama 30 tahun bersama belum cukup besar. Karena nilai ikhlas tersebut memang merupakan nilai yang juga didapat dari proses yang panjang.

Situasi seperti ini kadang membuat PDI Perjuangan canggung, kadang di beberapa situasi partai ini harus melakukan negosiasi - negosiasi dengan kekuasaan lokal tanpa mempertimbangkan rasionalitas terhadap ideologi partai. Meskipun setiap orang yang mempelajari pemikiran Bung Karno pastinya mengerti jika rasionalitas menjadi mata pisau berpikir yang wajib dimiliki. Bahasa yang saya seringkali pakai adalah berpikir materialisme historis.

Meski tidak pernah membicarakan hal ini kepada Megawati, saya yakin dia pasti memikirkan kenyataan ini. Cuma sekali lagi, proses tersebut tidak dapat selesai dalam satu malam.

Kenyataan inilah yang menurut saya menjadi alasan mengapa untuk 2015 - 2020 Mega tetap menjadi Ketua Umum, menjadi Veto Player  dalam partai yang identik dengan warna merah ini. Karena untuk mengendalikan pucuk - pucuk kekuatan daerah yang "tradisional" harus menggunakan pendekatan yang juga "tradisional" yang kerap jauh dari rasionalitas. 

Paling tidak Megawati pada usia yang mendekati kepala tujuh ini, memiliki 5 tahun untuk membesarkan tunas kelapa yang telah ditumbuhkan dalam tubuh partai ini. Tunas kelapa yang kelak akan menjadi pohon yang menjulang tinggi. Menjadi pohon yang bermanfaat disetiap bagiannya bagi umat manusia Indonesia dan umat manusia di dunia.

Lalu apakah itu mungkin? Ya dengan perjuangan dan tekad yang bulat itu akan menjadi mungkin!

0 komentar:

Posting Komentar