Minggu, 08 Februari 2015

Republik yang Mundur dari Kedai Susu

Republik yang Mundur dari Kedai Susu

Aku baru ingat ada janji bertemu dengan seorang kawan lama di Kedai Susu sebelah kampus. Kawan lama sewaktu SMA. Aku cukup akrab sampai setiap dia pulang ke Bali dia selalu mengunjungiku. Namanya Yudha, kini dia mapan, bekerja di salah satu perusahaan milik negara di Kabupaten Sumbawa.

"Pukul 19.00"

Aku berulang membaca pesan singkat di ponselku. Sekedar memastikan saja, sebab aku sudah berada di Kedai Susu tersebut persis pada pukul yang dia janjikan.

"Maaf aku terlambat", Yudha mengambil bangku dan terengah menaruh jaketnya di bangku kosong sebelahnya.

"Santai saja, aku sudah memesan minuman biasanya STMJ", Jawabku.

"Oh ya, kenapa kau pulang lebih awal?"

Yudha mengambil ponselnya dan memberinya kepadaku. Ada yang ingin dia beritahu dari pesan yang sempat dia dapatkan.

"Kau baca? Situasi belum aman disana", Aku mengangkat alis mendengarnya.

"Setelah kerusuhan antar etnis seminggu lalu, etnis yang bertikai masih harus waspada", Dia menambahkan penjelasannya sambil memasukkan kembali ponselnya kedalam saku jaket.

Seminggu lalu, Republik ini memang sempat heboh. Konflik horisontal seolah jamuan makan siang, terjadi lagi. Kali ini konflik antara etnis Bali dan Sumbawa. Akupun tidak jelas penyebabnya apa, informasinya memang simpang siur.

"Lalu? Apakah segawat itu situasinya?" Tanyaku.

"Iya, begitulah. Sebenarnya ini karena masalah sepele. Tapi memang penyebabnya jauh sebelum konflik. Terjadi kecemburuan, antara etnis Bali yang pendatang dan mereka yang pribumi".

"Lalu?", Aku mendalami penjelasannya.

"Lalu, konflik itupun terjadi", Yudha tergesa - gesa menyeruput STMJ yang masih panas itu.

Aku memahami situasinya, sebagai etnis minor ditempat tersebut. Yudha merasa terdiskriminasi, bahkan terancam.

"Sepertinya banyak pemahaman yang salah terhadap konflik horisontal, terutama yang terjadi di Sumbawa kemarin", Jelasku sambil menyeruput STMJ yang tersisa setengah.

"Maksudnya?"

Aku menaruh gelasku, menatap dalam - dalam gelas tersebut.
"Maksudku adalah, konflik horisontal terjadi bukan karena etnis. Siapa yang bisa memilih untuk terlahir menjadi etnis apa?"

"Tapi?", Dahi Yudha semakin berkerut.

"Ada yang tidak diceritakan oleh media. Konflik horisontal terjadi karena soal ekonomi"

"Ekonomi?", kali ini Yudha aku buat bingung.

"Betul, sederhananya pertikaian antar kelompok perantau dan pribumi. Bukankah perantau lebih tangguh dan serius untuk berusaha? Harusnya mengimbangi perantau adalah dengan mengimbangi ketangguhannya. Bukan dengan bertikai fisik seperti itu", Aku menjelaskan mulai agak panjang.

"Kasihan Republik ini. Mundur lagi soal persatuan nasional." Tenggorsefokanku masih haus. Segelas STMJ sudah aku habiskan.

"Apa kau lihat siapa yang berdagang Kedai Susu ini? Dan siapa kita yang menjadi konsumennya?" Yudha menoleh memandang pemuda pedagang Kedai Susu. Rambutnya agak mirip dengan vokalis Kangen Band.

Aku hanya tersenyum ketika Kawanku, Yudha juga sempat tersenyum rata.

"Mas, pesen es teh segelas lagi ya." Aku berteriak memesan minum. Kali ini es teh membuat sejuk tenggorokanku yang sempat kering.

Dimuat di Facebook, 6 Agustus 2013

0 komentar:

Posting Komentar