Soal beras - beras belakangan banyak sekali diberitakan jika harganya yang meroket menyulitkan masyarakat kita. Salah Presiden Jokowi? Nanti dulu, bukan karena saya adalah salah satu pemilih Jokowi dalam pemilu kemarin sehingga harus membabi buta membela Jokowi, namun sebelum ngedumel, ada baiknya kita mendengarkan penjelasan langsung dari situs resmi Kementerian Sekertariat Negara.
Berdasarkan dari situs tersebut, pemerintah mengklaim jika kenaikan harga beras diakibatkan oleh perubahan cuaca yang dialami oleh negara - negara pengeksor beras seperti Thailand dan Vietnam. Otomatis negara tersebut akan menahan laju ekspor negara mereka untuk menyelamatkan kepentingan bangsa mereka sendiri. Itu wajar.
Lalu bagaimana dengan kita Bangsa Indonesia? Situasi dalam negeri tampaknya lebih parah. Ada empat hal yang harus kita perhatikan dalam menilai apakah harga beras dalam negeri wajar - wajar saja atau tidak.
Pertama, kita masih setia dengan mengimpor beras dari negara - negara yang saya sebutkan diatas. Sudah barang tentu stabilitas harga beras dalam negeri sangat rentan terganggu mengingat tingkat candu beras impor yang sudah dijadikan budaya oleh rezim sebelum - sebelumnya.
Situasi dimanfaatkan oleh para spekulan beras yang ikut - ikutan memerkeruh suasana dengan menahan peredaran beras dipasaran. Efeknya? Persediaan barang yang terbatas membuat harga barang melambung tinggi.
Kedua, bila kita mempersoalkan kebutuhan beras perkapita kita yang secara tren meningkat. Bayangkan saja, penyeragaman "makan beras" oleh rezim Soeharto menciptakan kebutuhan sangat tinggi. Sampai saat ini kebutuhan kita mencapai 139 Kg per kapita per tahun. Padahal negara lainnya di Asia tidak sampai 100 Kg per kapita per tahun. Kembali ke hukum dasar ekonomi, semakin banyak permintaan harga semakin mahal.
Ketiga, Apakah luasnya lahan pertanian kita meluas? Apakah jumlah petani kita meningkat dan teknologi kita diperbaharui? Apakah anak - anak muda kita memuliakan Petani sebagai perkerjaan yang penting dibanding pekerjaan lainnya? Disini saya tidak perlu lagi menjelaskan panjang lebar. Anda, pembaca tulisan ini harusnya paham maksud saya.
Keempat, Nah ini yang akan terjadi dan mungkin diharap - harap oleh para petani dan aktivis pertanian kita. STOP IMPOR BERAS, begitu teriaknya. Alasannya sederhana impor beras membuat bangsa kita candu dengan impor beras, dengan kata lain kedaulatan pangan kita tidak kuat dan tidak bisa berdiri sendiri.
Presiden Jokowi mengiyakan akan stop impor beras, namun dengan stop impor beras tahukah apa yang akan terjadi? Harga beras tidak lagi akan menggunakan istilah "meroket", mungkin nanti harga beras akan menggunakan istilah yang lebih dahsyat. Seperti "harga beras bergerak seperti siluman, cepat sekali". Hal tersebut dikarenakan stok beras dalam negeri akan mencapai situasi darurat : kebutuhan beras tinggi, lahan pertanian menyempit, impor beras dihentikan. Klop lah sudah.
Solusinya? Dalam hati kita masing - masing pasti mengetahui solusinya, baik solusi secara makro maupun solusi secara mikro. Mungkin perihal solusi kapan - kapan saya akan tulis di posting yang lain.
Nah, setelah membaca tulisan ini. Mulailah mengunyah nasi Anda perlahan. Supaya kita tahu, betapa rapuhnya kita oleh beras.
Selamat menikmati akhir pekan. Semoga tidak hujan.
0 komentar:
Posting Komentar