Nyepi tahun 1937 caka jatuh tepat di hari Sabtu 21 Maret 2015. Adakalanya jika kita kembali menyimak penjelasan guru Agama Hindu (bagi Anda yang mendapatkan pelajaran Agama Hindu tentunya) kita akan mengenal Catur Tapa Brata Penyepian. Apakah itu? Sederhananya Catur Tapa Brata Penyepian merupakan tata cara kita merayakan hari raya Nyepi yang jatuhnya setahun sekali (berdasarkan kalender masehi). Catur Tapa Brata Penyepian sederhananya dijelaskan seperti berikut :
- Amati Geni artinya mengendalikan sifat - sifat kroda seperti amarah simbolisasinya dalam kehidupan adalah dengan tidak menggunakan Api selama sehari, Amati Geni dapat diartikan tidak memasak, tidak menyalakan cahaya.
- Amati Lelanguan artinya tidak bersenang - senang, berfoya - foya dan berpergian. Simbolisasinya adalah berpuas dan tidak melakukan hal yang sifatnya menghibur diri
- Amati Lelungan artinya tidak melakukan perjalanan keluar rumah, berdiam diri dirumah merenungkan diri terhadap apa yang telah dilakukan
- Amati Karya adalah tidak bekerja, tidak melakukan rutinitas seperti biasanya
Namun, belakangan muncul ironi dalam masyarakat, entah merupakan komodifikasi budaya tradisional terhadap lingkungan yang semakin moderen ataupun semacam 'negosiasi' semata. Masyarakat (khususnya di Bali) tentunya akrab dengan 5 ironi yang terjadi sebelum Nyepi. Ayo kita simak :
- Memborong Makanan H-1 Nyepi. Masyarakat Bali terutama di perkotaan selalu ramai di pasar tradisional ataupun pasar moderen. Tujuannya jelas, menyiapkan bahan makanan untuk Nyepi. Jika dilihat sejenak kadang persiapan tersebut seperti persiapan berkemah di pedalaman hutan selama seminggu.
- Kartu Ucapan Lilin. Mungkin tidak banyak, namun cukup mencuri perhatian saya disaat ada yang menggunakan ilustrasi lilin dalam kartu ucapan baik digital maupun cetak. Padahal anak kecilpun tahu jika menyalakan Api merupakan salah satu pantangan dalam Catur Tapa Brata Penyepian.
- Main Bola ditengah Jalan. Di masa kecil kita (mungkin sebagian dari kita kadang merasa jenuh disaat nyepi) kadang kita sering melihat anak - anak dan bahkan orang dewasa bermain bola di tengah jalan, mungkin karena di jalan sepi tidak ada kendaraan melintas.
- Ke Pantai di Sore Hari. Beberapa situasi saya sering melihat beberapa keluarga memilih berjalan - jalan di pantai ketika sore hari. Mungkin tidak semua keluarga, kebanyakan keluarga yang saya temui biasanya merupakan keluarga yang tempat tinggalnya tidak jauh dari pantai.
- Hotel Tetap Beraktivitas. Ini barangkali wujud negosiasi terhadap pariwisata yang begitu agung itu di Bali. Dalam beberapa obrolan dengan kawan saya yang juga pekerja hotel, mereka harus kembali bekerja pada pengerupukan (H-1) Nyepi untuk shift kerja selama hari raya Nyepi berlangsung.
Barangkali 5 ironi diatas tidak cukup untuk menggambarkan bagaimana fenomena baru kita masyarakat Bali dalam merayakan Hari Raya Nyepi. Namun jika ada yang mempunyai pendapat lain bisa menambahkan ironi lain selain diatas.
0 komentar:
Posting Komentar