Senin, 25 Januari 2010

Sebuah cerita Blue Jeans dan Para Dokter Masa Depan



Ada yang menarik dari perdebatan 17 Januari 2010 di warung sebelah SMA 3 Denpasar. Sungguh kerinduan panjang yang menghasilkan sebuah perdebatan yang sangat memanjakan idealisme saya.

Berawal dari kumpul-kumpul karena memperingati hari ulang tahun SMA 3 Denpasar. Kita mengawali ngobrol di pagi itu dengan curhat seorang kawan dari PS. Ilmu Kesehatan Masyarakat yang ujung-ujungnya "merger" dengan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana (FK UNUD) meski sempat diakui sebagai fakultas sebelumnya. Keluh kesah itu berawal dari pembicaran bersama mengenai aturan tata tertib di FK UNUD sebagai bentuk komitmen bersama untuk saling berangkulan satu sama lain.

Namun ada yang salah?


"YA!"


Saya tulis dengan huruf kapital dan tebal. terdapat poin dari pasal yang saya pikir tidak substantif, hanya tertahan pada pencitraan saja. Aturannya kurang lebih begini :

"Proses Perkuliahan Tidak Boleh menggunakan Blue Jeans"
Apakah menurut anda ada yang salah? Menurut saya ini menggelikan. Apa hubungannya proses perkuliahan dengan blue jeans? Apakah ini telah melanggar secara prinsip arti "bebas-rapi" yang sering diucapkan? Saya kemudian bertanya kepada kawan saya tersebut apa pemikiran dasar dari aturan yang saya sebut menggelikan itu.


"Blue Jeans dianggap tidak profesional karena identik dengan petani di amerika"
Ini semakin menggelikan,


Itu mengapa terkadang saya kurang merasa respect terhadap beliau-beliau yang kuliah di sana. Ini bukan karena saya iri terhadap mereka, kalaupun diberikan pilihan sayapun tidak akan memilih kuliah di sana. Karena kepala saya tidak ingin dicekoki dengan doktrin-doktrin pencitraan yang semu seperti itu.


Lantas? Dimana letak pengabdian masyarakat mereka sebagai mahasiswa kalau ber-Blue Jeans dilarang sebagai sesuatu yang "rendah"? Meminjam istilah para aktivis, mereka lebih baik disebut degan PILAR GADING. Saya tebalkan lagi istilah itu. Mereka INDAH, mereka BERSINAR dan mereka ibarat MIMPI. Namun JAUH dan TIDAK MEMBUMI, disaat para aktivis menkampanyekan "down to earth" mereka memilih larut dan berlindung dari segala pencitraan yang indah itu.

Ini menyedihkan, saya merasa kasihan.

Hanya satu hal yang saya dapat berharap. Semoga mereka sadar, Blue Jeans saya lebih mahal dari pada celana kain mereka.

Related Posts: