Selasa, 25 Juli 2017

Menjadi Hindu (Yang Terhina)




Belum genap sebulan, media sosial dihebohkan dengan beberapa pemberitaan yang mungkin mengakibatkan perasaan umat Hindu terhina (paling tidak itu istilah yang paling tepat digunakan). Pertama pemberitaan tentang Turis yang bersikap tidak sopan di sebuah Pura di Bali, dan pengerusakan Situs Cagar Budaya Calonarang di Kediri, Jawa Timur. Soal detail dan kronologis dari pemberitaan tersebut saya tidak akan mengulas dalam tulisan ini karena saya yakin banyak tulisan yang lebih detil terkait dengan pemberitaan tersebut. Saya ingin mengajak melihat pemberitaan tersebut dari sisi yang berbeda.

Perasaan Yang Terhina

Seperti yang saya sampaikan di awal tulisan, kehebohan kedua pemberitaan tersebut telah menimbulkan perasaan terhina sebagai umat Hindu. Mengapa? Reaksi terhina itu muncul dari tindakan beberapa orang yang tidak bertanggungjawab melakukan hal - hal yang tidak sopan di 'rumah' tempat melakukan persembahyangan/Ibadah umat Hindu. Ambillah contoh jika ada orang yang tiba - tiba ada orang yang masuk rumah kita dan buah sampah sembarangan, kita sebagai tuan rumah pasti merasa tidak dihargai, pasti merasa terhina.

Karmaphala Tattwa (Keyakinan Terhadap Karmaphala)

Langsung saja saya mengajak untuk masuk kedalam alam berpikir Panca Sradha, yang merupakan lima keyakinan wajib sebagai Umat Hindu, jika Kita mengaku Hindu maka Kita wajib memikirkan, membicarakan dan melaksanakan Panca Sradha ini dalam kehidupan sehari - hari. Agar tulisan ini tidak menjenuhkan, penjelasan tentang Panca Sradha saya tidak akan sampaikan dalam tulisan ini karena saya akan lebih fokus membahas tentang Karmaphala Tattwa sebagai salah satu dari Panca Sradha.

Karmaphala Tattwa dipahami sebagai keyakinan terhadap hukum sebab - akibat (Karma - Pahala). Sederhananya, apapun yang kita lakukan dalam sehari - hari kita akan mendapatkan balasannya. Apabila kita menanam bibit Padi maka kita akan memanen Padi, apabila kita membiarkan sampah di dalam rumah kita maka kita akan memanen lalat dan membuat sakit diri kita sendiri. Begitulah cara kerja Karmaphala.

Lalu apa kaitannya Perasaan yang terhina dengan Karmaphala? Bagi saya, Karmaphala tidak hanya soal 'menunggu' balasan, tetapi Karmaphala juga mendidik kita untuk senantiasa 'melihat kedalam diri'. Jika ada orang yang mengotori rumah kita sembarangan, tidak kemudian semata - mata murka terhadap orang yang membuang sampah tersebut, Apakah kita sudah menutup pagar rumah kita dengan benar sehingga orang lain dengan mudah seenaknya masuk dan membuang sampah. Ataukah kita sering membuang sampah sembarangan dan rumah kita itu kotor dan tidak terurus, sehingga orang lain akhirnya menganggap rumah kita sebagai tempat sampah? Nah, pertanyaan - pertanyaan semacam itu akan lahir bagi orang yang meyakini adanya hukum sebab - akibat (Karmaphala), tidak kemudian reaksioner menyalahkan orang lain yang mengotori rumah kita itu.

Barangkali ilustrasi diatas masih terasa umum apabila dibandingkan dengan kedua pemberitaan yang sempat saya bahas di awal - awal tulisan ini. Namun, dari ilustrasi itu saya ingin mengajak semua umat Hindu yang mungkin merasa terhina untuk 'melihat kedalam' penyebab kenapa terjadinya pengerusakan Situs Cagar Budaya yang identik dengan umat Hindu di Kediri, Jawa Timur dan terjadi tindakan yang tidak menghormati kesucian Pura oleh turis asing tersebut. Apakah kita sudah benar - benar menjaga kesucian Pura dengan memberikan pemahaman kepada setiap Guide dan turis asing yang berkunjung di Bali? Sehingga apakah kita benar - benar merasa terhina atau kita memang belum bisa menjaga diri dengan baik?

Tulisan ini terbuka untuk didiskusikan di kolom komentar dibawah ini untuk membangun pandangan yang lebih positif dalam kehidupan beragama Hindu serta kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia. Terima Kasih

Pemaron,
25 Juli 2017


0 komentar:

Posting Komentar